Minggu, 31 Januari 2016

Inilah Caraku Mencintaimu

Sepuluh tahun pun terlewati tanpa kita benar-benar menyadari. bukan waktu yang singkat hingga kita bisa sampai pada titik ini dengan tetap menyimpan perasaan yang sama seperti 10 tahun yang lalu, saat kita masih duduk di bangku sekolah. aku tidak pernah tau, waktu selama ini akan menjadi perjalanan panjang dari cerita kita yang hingga kini nyaris belum terlihat bagaimana akan berakhir.
Bukan waktu yang sebentar aku menyimpan rasa ini dalam lubuk hatiku. menyimpan semua asa dan harapan tentang inginku bisa bersamammu dalam bingkai ridhoNya. Entah mungkin kita tidak ditaqdirkan bersama, atau mungkin kita masih diuji untuk bisa bersama pada akhirnya.
Namun inilah caraku mencintaimu, kuikhlaskan semua rasa yang sudah terjalin 10 tahun ini. Kulepaskan semua mimpi dan harapanku padamu, dengan menguntai doa ke langit semoga kita masing-masing diberikan yang terbaik.
Inilah caraku mencintaimu, dengan tetap ingin membuat kita tetap berjalan sesuai koridorNya dan agar kita bisa saling menguatkan dalam kebaikan.. aku tau akan sulit melewati ini. Namun aku percaya akan taqdirNya yang terbaik untuk kita. bersama atau tidak biarkan Dia yang kemudian memutuskan. Kini aku tidak akan lagi menyimpan mimpi dan harapanku untukmu. Kan kubiarkan sandiwara langit yang mengatur semuanya.
Semua perih dan bahagia yang kusimpan selama ini, perlahan kulepaskan..kuikhlaskan. Semoga Dia berkenan melapangkan hati kita, dalam menerima apapun taqdir yang ditetapkan untuk kita.
Inilah caraku mencintaimu...dengan berharap kita tetap bergantung padaNya..menyerahkan semua harap padaNya.
annyong....

Kamis, 04 Juli 2013

Cita-Citaku

Sewaktu kecil tepatnya SD aku bercita-cita ingin menjadi POLWAN alias polisi wanita, suka pengen ketawa sendiri kalau ingat itu. Aku ingin jadi POLWAN karena menurutku, polwan itu terlihat tegas dan punya power. Ya..dulu aku tomboy banget, suka bertemannya sama cowo yang usianya jauh lebih tua. Suka manjat pohon meskipun ga pernah bisa manjat. Suka berantem sama cowo trus kalau udah ga bisa ngelawan, pulang deh ke rumah sambil nangis-nangis (hehehe, senjata ampuh perempuan). Tapi tidak lama, aku mengganti cita-citaku menjadi seorang KOWAT alias komandan wanita. Menurutku (yang masih kecil dulu) KOWAT lebih punya power dibanding POLWAN, jadi bisa menguasai bawahan-bawahannya, termasuk para cowo (aku punya obsesi membawahi cowo-cowo, mungkin bentuk kompensasi kelemahanku kali ya, :D ). Setelah masuk SMP, cita-citaku berubah lagi. Aku ingin menjadi dosen. Kata guru bahasa inggrisku waktu SMP, jangan mau jadi guru karena guru itu kerjanya lama tapi gajinya dikit. kalau dosen, kerjanya bentar tapi gajinya banyak. Heem..aku jadi terpengaruh (dari dulu, aku tidak mau bekerja yang menyita waktu seperti kedua orang tuaku). Akhirnya aku tanya ke guruku itu, : "kalau jadi dosen bagusnya jadi dosen apa pak?" Guruku menjawab : "kamu kan suka bahasa inggris, jadi dosen bahasa inggris aja". Hem..ya..ya.. akhirnya selama SMP, ketika ditanya dengan pertanyaan "what do you want to be when do you grow up?" aku selalu menjawab : "i wanna be english lecturer". Tidak hanya saat itu, tapi cita-cita itu aku ukir di depan meja belajarku, di setiap biodata yang aku isi (jaman aku SMP, lagi ngetrend kita ngisi biodata trus tuker2an sama temen2, hehehe). HIngga SMA kelas 1, cita-citaku tidak berubah, apalagi saat SMA kelas 1 aku bertemu dengan guru bahasa inggris yan sangat baik. Saking baiknya, aku dan 3 orang teman se-gengku (dulu masih suka geng-gengngan ^_^) akrab dengan guru itu, kami pernah ditraktir makan baso waktu guru itu terima gaji. hehehehe (modus). Tapi ketika naik kelas 2 SMA, guru itu harus cuti mengajar karena harus melanjutkan S2nya di kota lain. Aku dan teman-teman sangat merasa kehilangan, sampai suatu hari sebelum guru itu berangkat, aku menyempatkan diri untuk ngobrol dengannya tentang cita-cita. Guruku itu berkata : "kalau mau jadi dosen, jangan jadi dosen bahasa inggris". Aku : "kenapa pak?" Guruku : "kalau kamu jadi dosen bahasa inggris, kamu hanya akan punya satu keahlian, yaitu bahasa inggris tapi kalau kamu kuliah di jurusan lain, maka kamu akan punya dua bidang keahlian,  tapi bahasa inggrisnya tetap ditekuni ya". Heeem..aku jadi dilema (lebay dikit, hehhehe). Akhirnya untuk waktu yang lama, aku rasa aku hampir tidak punya cita-cita lagi. Sampai saat SMA kelas 3, aku baru sadar ketika ada salah seorang temanku yang berkata :"kenapa tidak jadi psikolog aja?, kamu kan sering jadi tempat teman-teman curhat". Aku pun mulai memikirkan, dan aku rasa menjadi psikolog tidaklah buruk, apalagi kan psikolog itu kerjanya membantu orang lain (pemikiran simpelku dulu, kalau jadi psikolog itu cukup mendengarkan curhatan orang-orang, hehehe). Sebenarnya, sejak dulu aku ingin sekali punya pekerjaan yang bisa membantu orang lain seperti dokter, perawat atau bidan. Tapi bagaimana bisa aku menggeluti pekerjaan itu? melihat darah atau luka sendiri saja, udah lemes minta ampun. Belum lagi kalau orang-orang udah cerita tentang operasi, pembedahanand all about luka+ penyakit, badanku jadi keringetan (bahkan menuliskan ini pun tanganku jadi keringat dingin -_-). Ya..akhirnya aku pikir, psikolog-lah cita-citaku.Di penghujung kelas 3, ada teman ayah yang datang ke rumah. Dia menawarkanku untuk menjadi apoteker dan masuk jurusan farmasi. Katanya peluang beasiswanya besar. Wah..aku jadi dilema lagi nih. hehehehe tapi ga lama karena saat itu aku berpkir kalau aku masu jurusan Farmasi, itu artinya aku akan bertemu dengan bahan kimia setiap hari. Dengan polosnya aku menolak langsung tawaran itu, why? karena waktu SMA, aku punya beberapa guru kimia yang sulit punya anak, kabarnya orang yang sering kontak dengan bahan kimia (khususnya perempuan) itu akan sulit punya anak. Oh...NO!!!! aku ga mau dong...Finally, saat SPMB di Makassar aku memilih jurusan psikologi sebagai piihan pertama dan kedua. Ternyata aku lulus psikologi di Bandung.Setelah masuk psikologi, aku merasa "tersesat", why? karena ternyata tidak semudah yang kubayangkan pemirsa. Mulai dari jadwal kuliahnya yang gila-gilaan, tugas-tugasnya yang luar biasa dan dosen-dosennya yang erm....kerenlah (hehehehe). Tapi akhirnya aku malah jatuh cinta dengan psikologi. Psychology is the part of my life. Sekarang, aku sedang menyelesaikan profesi psikolog dan magister psikologi klinis. Semakin ke sini, aku merasa semakin tidak mudah menjadi psikolog. Ada perasaan underestimate dalam diri. Bisakah aku menjadi psikolog yang baik? Mampukan aku menolong orang-orang yang membutuhkan jasaku kelak?Sebelum memutuskan untuk meneruskan ke jenjang profesi dan magister, aku sempat konsultasi dengan beberapa dosen semasa S1, aku bertanya "apakah aku cocok menjadi psikolog?". Hasilnya..mereka menguatkan aku untuk tetap memilih jalan ini.Pernah terfikir kalau lebih mudah jadi dokter, ketika ada pasien sakit, kita langsung mendiagnosa trus kasih obat deh.  Terkadang ada pertanyaan dalam hati, kenapa dulu ga jadi dokter aja? hehehe (in imah ngayal, udah tau ga mampu masih nanya lagi, hehehehe).Kini...tidak ada jalan mundur. Aku harus tetap maju.. Inilah jalan yang aku pilih. Satu hal yang hingga kini aku yakini : "menjadi psikolog itu  tidak mudah" Tapi di balik semua cita-cita ini. Ada satu cita-cita yang paaaaaliiiing mendalam yang ada dalam hati. Sejak dulu cita-cita ini selalu aku gaung-gaungkan, selalu aku ucapkan dan selalu aku harapkan. Yaitu menjadi IBU RUMAH TANGGA YANG BAIK. Tidak ada cita-cita yang paling tinggi dan mulia buatku selain menjadi IRT. Itulah, cita-citaku yang sebenarnya...*heem..catatan yang panjang dan lebar kaya coki-coki :D

Kamis, 20 Desember 2012

Belum Jua Lulus


Sepertinya aku belum jua lulus pada ujian ini
Sepertinya aku perlu merubah respon terhadap ujian ini
Entah benar atau tidak tapi aku punya firasat besar akan hal ini
Tapi aku berharap ini hanyalah dugaan sesaat yang akan kemudian menghilang
Aku berharap semuanya akan baik-baik saja dan berjalan sesuai dengan rencana
Walau sulit rasanya menghilangkan dugaan ini, namun aku tetap mencoba dengan sekuat hati

Tidak dapat kupungkiri, hatiku mampu membacanya
Fikirku mampu menafsirkannya, walau belum jelas bagaimana makna sebenarnya
Tapi aku berharap, ini hanya ujian sementara karena terlalu lama aku melihat pada tempat yang sama hingga akupun tak tau dimana batasnya.
Ingin sekali segera kuakhiri semuanya dan menunjukan pada semuanya apa yang tersembunyi selama ini, tapi rasanya tidak mungkin.
Aku masih harus bersabar untuk beberapa waktu lagi. Aku sudah melihat batasnya namun aku belum mampu mencapainya. Entah akan tercapai atau hanya terlewat begitu saja.

Kucoba kuatkan hati untuk bersabar dan menanti masa itu tiba
Walau rasanya jenuh kini kian sering menghantui
Bukan ini yang kucari, bukan ini yang hendak kutuju
Ini caraku menunggu..ya menunggu hingga aku bisa mencapai batasnya
Akan kucoba untuk melewati ujian ini
Walau terasa berat tapi semoga aku bisa mencapai batasnya dengan segera

Tunggu aku....

Rabu, 01 Agustus 2012

Kekuatanku


Mimpi itu seperti tidak akan pernah terwujud. Semakin kubayangkan rasanya semakin sakit yang kurasakan di dalam hatiku.
Semuanya hanya karena satu alasan yang tidak manusiawi sama sekali. Ya…tidak manusiawi. Mungkin mereka akan menyesal nanti, tapi bagaimana dengan impian dan harapanku?
Apakah ia akan terkubur dalam tanpa ada yang tau?
Rasa itu begitu berkecamuk di dadaku, ada hal yang tak mampu untuk kugapai. Semua itu karena satu alasan yang tidak manusiawi. Ya, tidak manusiawi….
Bagaimana mungkin mereka katakan itu sebagai bukti rasa sayang mereka? Jika sebenarnya itu menyiksakan.
Apakah benar kecintaan bisa berubah menjadi kesakitan bila ia terlalu dalam?
Aku bahkan lupa apa mimpiku semalam.
Mungkin karena ia terlalu indah untuk diwujudkan. Kini aku takut untuk kembali berharap
Aku takut untuk kembali bermimpi
Karena satu hal yang kuinginkan tak pernah atau mungkin sulit untuk kugapai…

Dari rasa yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang terdalam…
Kelak ketika aku dipercaya Allah untuk menjadi orang tua..
Aku ingin menjadi orang tua yang tidak menuntut banyak hal yang bersifat duniawi pada anak
Aku ingin menjadi orang tua yang memahami perasaan dan apa yang diinginkan anak
Aku ingin menjadi orang tua yang tidak memaksakan apa yang diinginkan pada anak hingga mengabaikan perasaan anak
Bukan orang tua yang egois…
Bukan orang tua yang tidak mau mengerti
Bukan orang tua yang memberikan hak anak dan di kemudian hari menuntutnya untuk membalasnya sebagai kewajiban
Aku hanya ingin menjadi orang tua yang bisa dijadikan tempat anak-anaknya bersandar
Buka dijauhi atau ditakuti…..

Mungkin aku harus belajar….
Belajar untuk melupakan apa yang sejak dulu kuinginkan
Belajar untuk menikhlaskan apa yang sejak dulu kupendam di dasar hatiku
Belajar untuk mengerti bahwa apa yang diharapkan dan apa yang diimpikan, tidak selamanya bisa terujud menjadi kenyataan..
Mungkin aku tak biasa tanpanya, tapi perlahan aku yakin bisa melewatinya
Mungkin aku tak biasa bila melewati semuanya sendiri, tapi aku yakin aku mampu menitinya sendiri.. ya, meniti jalan ini sendiri, tertatih sendiri, jatuh dan bangun sendiri..
Aku harus bisa sendiri, aku harus mampu melewatinya sendiri…
Masih banyak tanggung jawab yang harus kuselesaikan…
Masih banyak hal yang harus kukerjakan.
Sejenak atau mungkin dalam waktu yang lama, harus melupakan semua harap yang tersembunyi di dasar hati..
Biarlah semua menjadi kenangan… tanpa tau kapan ia akan terwujud atau bahkan takan pernah terwujud
Namun aku percaya, Allah tidak akan pernah meninggalkanku sendirian…
Karena Allah tau aku bisa melakukannya
Aku bisa melewatinya….
Aku bisa menghadapi ini sendiri….

Allahu musta’an….

Minggu, 19 Februari 2012

Feeling Vs Thingking

Rasanya seperti berada di persimpangan jalan, rasanya seperti memilih satu di antara dua yang dinginkan, rasanya sepertinya tidak mampu terlukiskan.
Hatiku berkata "ya" tapi pikiranku berkata "tidak". hampir di setiap waktu aku harus berperang dengan ungkapan hati yang jarang sejalan dengan apa yang ada di pikiranku.
entah bagaimana rasanya nanti...entah bagaimana jadinya nanti...entah bagaimana aku harus menghadapinya nanti...entah..entah..entah... aku mencoba untuk menekannya jauh ke alam bawah sadarku, namun ia terus saja muncul ke atas. mungkin aku lupa dengan keniscayaan 'semakin kuat tekanan ke bawah, maka ia akan semakin kuat naik ke atas'....ya...rasanya aku perlu menyelaraskan isi hati dan pikiranku yang terus beradu.
satu sisi aku tidak ingin menyesal, namun di sisi lain aku ingin menjaga sesuatu begitu halus. berkali kubertanya bagaimana akhirnya? berkali pun kumenjawab semuanya akan baik-baik saja. tapi jawaban itu tidak mampu memuaskan aku dari dahaga yang terlanjur masuk ke dalam hati dan pikiranku.
Aku tidak memintanya ya Allah, hanya saja aku belum mampu melepasnya...
aku takut salah melangkah...aku takut salah memilih...aku takut salah menentukan sikap
entah ini ujian atau firasat? entahlah..... aku hanya terus mencoba berdamai dengan pikiranku yang terus bertentangan dengan hatiku. walaupun semakin jelas kalau ungkapan hati tidak sepenuhnya mencerminkan isi hati yang sebenarnya.
aku pikir...aku mampu mencipta dalam diam, aku mampu bertahan dalam guncangan, aku mampu tegar dalam cabaran. tapi ternyata aku hanyalah batu yang pelan-pelan ditetesi air kemudian luluh juga....
mungkin saat ini semua yang nyata nampak indah di pelupuk mata, tapi bagaimana jika nanti berubah? bagaimana jika nanti Allah membolak-balikan hatinya? bagaimana jka nanti tidak seindah yang dibayangkan?
aku hanya ingin memulai sesuatu yang baik dengan yang baik pula agar hati dan pikiranku tidak selalu beradu hingga membuatku samar dalam menentukan arah.
ke arah manakah yang terbaik?
ke jalan manakah yang harus kupilih?
mungkin sulit untuk memulai sesuatu yang baru, namun penyesalan di akhir akan jauh lebih sulit diterima. aku hanya perlu menyelaraskannya saja. kemudian aku bertanya "hanya???" itu bukan perkara mudah, bahkan aku sudah menghabiskan waktu untuk mencari cara agar semuanya tidak hanya terlihat baik tapi juga terasa baik bagi siapapun.
Kemudian aku kembalikan kepadaNya yang memiliki semua bagian dari diriku, tidak hanya hati dan pikiranku. Aku memohon padaMu, agar mencondongkan hatiku pada yang benar-benar terbaik untukku, tidak hanya untuk diriku saja tapi juga semata-mata untuk dakwah ilallah menuju jannahMu karena ketentuanMu adalah yang indah untuk diriku sekarang dan selamanya....

Kamis, 02 Februari 2012

Sampai Bila Harus Ku Telan?????

Dadaku rasanya sesak sekali....seperti ada beban besar yang menghimpit setiap kali harus ku tahan dan ku tahan dan pada akhirnya aku hanya mampu menelannya sendiri....
Bukan tak ingin menampakannya, tapi semua itu terasa tidak mudah bagiku bila kesekian kalinya menyimpan semuanya sendiri. Orang hanya bisa menilai dari luar, tak mampu melihat yang sebenar di dalamnya, tak mau menerka apa hati ini menerima atau tersakiti. Selama kucoba bersabar dan menelannya sendiri, selama itu pula hanya butiran demi butiran berjatuhan yang menemaniku...
Sakitnya terasa sampai di kepalaku, bahkan aku sendiri sudah tak mampu berucap satu patah kata pun....Aduhai hati, mengapa kau tak mampu membuatnya terbaca orang lain? Tidakkah kau merasa bersedih atas semuanya....Tidakkah kau merasa mereka tidak adil? Mereka hanya ingin kamu ada saat mereka butuhkan, mereka hanya ingin kamu memahaminya tapi tak mau memahamimu...dan dengan mudahnya mereka berkata "padamu tak nampak rasa sakit dan luka sedikitpun".
Sungguhkah? tapi dalam hati aku menangis...dalam hati aku hanya mampu menentramkan hatiku yang tak mampu menahan butiran yang menetes tanpa henti...dan dalam hati aku hanya bisa menahan dan menahan...
Rasanya seperti disayat sembilu, bebannya seperti massa yang tak terhingga hingga akupun tak kuasa membendung segala luka ini dan aku pun berkata "terlalu sering kumemendamnya..." tapi pada siapakah yang mengerti selainNya??? karena padaNya aku serahkan semuanya...Aku tak mau hancur dalam kesedihanku, aku tak mau semakin menyakiti diri dan hatiku sendiri...
Kucoba untuk bersabar dan memaafkan, walaupun sekian kali memaklumi dan terus memaklumi, tapi karena itu pula aku kembali menelan rasa pahit sakit hati yang entah kapan berkesudahan. Sakitnya bertumpuk sedikit demi sedikit hingga akhirnya aku tak tau sekarang sudah seperti apa rasanya....
Inginku mencoba mengungkapkan tapi aku tak mampu membuat mereka terluka dan membuat semuanya terasa renggang. Dan untuk kesekian kalinya aku menelannya sendiri....T_T
Berkaca pada hatiku yang pilu, tak nampak bayangan indah sedikitpun... ia berbayang suram, tapi orang tak tau itu... dan mungkin sampai kapanpun tak akan mau tau akan pilu ini....
Aku bertanya pada hatiku, "sampai bila akan begini?" selalu menyimpan rahasia hati tanpa orang tau...dan terkadang aku merasa tak satupun memahami...
Aku masih ingin membahagiakan orang-orang di sekitarku, tapi entah mengapa mereka tak henti menyayat luka yang belum jua mengering....
Allah...apakah ini balasan untukku atas dosa-dosaku di masa yang lalu? jika pun iya...maka kuterima taqdir ini ya Allah, aku hanya meminta "beri hamba, hati yang lapang dan rasa memaafkan yang tak terhingga agar  bisa menghadapi semua ini dengan lapang hati"
Mungkin aku masih akan terus menelannya, dan aku tetap bertanya di setiap masanya...."sampai bila harus ku telan luka ini????"
semoga engkau yang mencantumkan luka ini, pun akhirnya menyadari bahwa kita tidak hanya menuntut untuk dipahami tapi jua memahami hati orang lain....

Selasa, 10 Januari 2012

Karena Kalian "Spesial" Bagiku

Jantungku berdetak lebih cepat, seluruh badanku terasa melemah....ada rasa yang sulit kukendalikan tiap kali aku akan bertemu dengan kalian. Di satu sisi aku ingin sekali menjadi bagian penting dari kehidupan kalian, namun di sisi lain aku ingin sekali menghidarinya dan menjauh...pergi, sejauh-jauhnya...
Terkadang kujumpai kalian dengan senyum yang merona di wajah, namun terkadang aku jumpai kalian dengan tangis yang sangat memekik hingga akupun tak kuasa mendengarnya dan hanya mampu berkata "ga apa-apa sayang, nanti kita lanjutkan lagi ya...."
Pernah kutemui "kamu" yang begitu mengesankan bagiku. Kamu melihatku dengan tatapan yang aku sendiri tidak mampu menafsirkannya. Kuperhatikan wajahmu, sungguh...tidak ada yang salah bagiku...namun semuanya berubah ketika kucoba untuk mendekatimu dan kamupun berteriak histeris ketakutan....Ya Allah..."sayang, bukan hanya kamu yang terkejut, tapi ibu juga.." Kamu pun lari menemui guru dan ayahmu lalu memeluknya erat-erat, dalam hati aku berkata "aku belum berhasil rupanya". Tapi tidak lama setelah itu, kamu pun mau dibujuk olehku dan mau kembali bersama denganku tapi ketika kukeluarkan kertas berisi gambar-gambar kartun, kamu pun kembali berteriak histeris, namun kali ini kamu tidak berlari tapi justru memelukku dengan erat. Pelukan seorang anak yang sangat ketakutan, ya...aku rasakan itu...kamu memeluk erat leherku dan menekukan kepalamu sambil terus terisak. Dalam hati aku hanya bisa bertanya-tanya "ada apa sayang?". Saat itu aku hanya mampu mengelus bahumu karena itu satu-satunya cara yang kuketahui agar kamu bisa tenang. Sekian lama bergulat dengan emosimu, akupun tak mampu untuk memaksamu kembali mengikuti "permainanku" dan saat itu aku menyerah, sungguh-sungguh menyerah, walaupun dalam hati aku sedih sekali karena tak mampu "menaklukanmu". Kamu pun kembali ke kelasmu tanpa sepatah kata...ya aku baru sadar, sepanjang kebersamaan kita, tidak satu patah katapun yang kudengar terucap dari bibir mungilmu....
Selang beberapa waktu, aku kembali bertemu dengan "kamu" yang lain, kali ini lebih hebat dari sebelumnya. Sebelum kamu memasuki ruanganku, aku coba memperhatikanmu di depan pintu, saat itu kulihat kamu asik berjalan mengintari lingkaran teman-temanmu sambil memegang tempat bolpoin. Aku hanya mampu tersenyum tatkala kulihat kamu tidak bisa duduk tenang seperti teman-temanmu yang lain...Aku pun menghela nafas karena kurasakan pelan-pelan tak mampu menguasai diriku. Ya Allah, entah bagaimana jadinya nanti? Aku takut tidak mampu mengatasinya, aku tidak mampu membawamu larut dalam "permainanku". Kemudian kamu pun keluar ditemani pendamping setiamu di sekolah, saat berpapasan denganmu, aku tidak melihat kamu menatapku, kamu bahkan menyalamiku tanpa melihat ke wajahku. Aku pun dalam hati bertanya, kenapa sayang?, ada apa denganmu?". Mulai muncul dugaan-dugaan tentangmu dan aku hampir merasakan kecemasan yang tidak terbendung lagi tapi perlahan-lahan aku mencoba menguasai diriku sendiri. Aku dan kamu masuk dalam ruanganku untuk bermain tapi ternyata kamu tidak ingin pendampingmu meninggalkanmu, erm...aku hanya menarik nafas. Tidak masalah bagiku, yang penting kamu nyaman saat itu. Namun tatkala kita baru saja memulai, kamu pun kemudian bertanya tanpa henti, menjawab pertanyan yang kuberikan dengan kalimat yang tidak terstruktur dan tidak bisa kupahami. Pelan-pelan aku coba memahami, "apa kamu jenuh sayang?" tapi ibu baru saja memulai. Kemudian kamu tidak bisa berhenti untuk meminta menyudahi semua ini, walau dengan bujukan kamu pun tidak bisa dihentikan. Kamu menangis, meronta-ronta hingga akupun tidak kuasa melihatmu. Ya Allah....kudekati kursimu, perlahan kuusap bahumu tapi kamu terus menolak. Kudekatkan diri padamu agar kamu tidak merasa ada jarak, tapi kamu tidak henti-hentinya meronta. Akhirnya kuputuskan untuk mengakhiri saja "permainan" in. Dan kamu pun berlalu pergi bersama pendampingmu...Aku melihatmu keluar, kuperhatikan setiap langkah dari kakimu hingga menghilang dari pandanganku. Aku terpaku...aku terdiam...aku hanya mampu termenung.."ternyata aku belum berhasil membuatmu merasa nyaman...". Tapi tak lama setelah itu, kamu mau menemuiku dan menceritakan keinginanmu untuk tidak ikut salah satu ekstrakurikuler dan lebih memilih ikut kelas olahraga. Setelah itu, kamu pun keluar ruanganku dan mengajak "tos" denganku. Saat itu aku mampu menghela nafas dengan lega karena ternyata kamu tidak "trauma" bertemu denganku seperti halnya kamu ketakutan ketika bertemu dengan orang "sepertiku". Aku rasa, perjumpaan kita bisa dilanjutkan nanti....Alhamdulillah...
Masih banyak kamu...kamu...yang lain yang pernah kutemui dalam pembelajaranku, kamu yang memeluku karena ketakutan, kamu yang duduk kemudian menangis di pangkuanku, kamu yang histeris di pelukanku, dan kamu...kamu...kamu.... Semua itu membuatku merasa menjadi orang yang beruntung karena bisa mengenal kalian. Kini aku sadari, mengapa setiap kali aku ditawarkan berjumpa kalian, setiapkali aku disodorkan alat tes Stanford Binet, setiap kali aku dihadapkan dengan kalian yang spesial, hatiku selalu saja bergetar, jantungku terasa berdegub kencang dan aku tak mampu menguasai diriku. Walau awalnya tidak mengenakan, walau awalnya ingin kuhindari, walau awalnya menyesakan dada namun pada akhirnya aku mengerti dan mau memahami. Itu semua karena kalian SPSEIAL bagiku....^_^